SEKILAS TENTANG CAK BESUT
Siapa yang kenal nama Cak Besut? Anak-anak muda Jombang jaman sekarang hampir sudah lupa, atau bahkan tidak kenal Cak Besut. Saya pun awalnya hanya bisa mengira-ngira bagaimana bentuk penampilan Besut dari Jombang. Sejak kecil saya sudah akrab dengan gending jula-juli Jowo karena Bapak di rumah doyan sekali muter lagu-lagu Jawa Timuran. Tapi untuk paham bagaimana bentuknya, nah itu yang masih membuat saya penasaran.
Rasa penasaran itu terjawab di acara Festival Dolanan Anak Jombang pekan lalu. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Yatim Mandiri di Alun-alun Jombang itu menampilkan beragam seni budaya asli Jombangan. Ada permainan gedrik, egrang, karetan, dan lain-lain. Juga ada Tari Remo Jombangan lho. Yang paling menarik tentu saja ikon Cak Besut. Ternyata Cak Besut berbaju putih, bertopi merah, dan berselendang merah.
Jika dalam drama ludruk, Cak Besut ini biasanya punya pasangan perempuan yang namanya Rukmini. Besut dan Rukmini menjalin percintaan yang tidak mudah karena ada pihak ketiga yang menghalangi keutuhan cinta mereka berdua. Cerita hidup dan drama percintaan Cak Besut saya ulas kapan-kapan saja ya. Sekarang saya fokus ke fisiknya dulu. Cak Besut menjadi simbol perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah, baik di era kolonialisme Belanda maupun pendudukan Jepang.
Saya mengapresiasi acara Festival Dolanan Anak Jombang ini karena mampu menampilkan ikon Cak Besut ke khalayak ramai. Dengan demikian, masyarakat Jombang jadi kenal dan tahu sosok Besut, terutama kelompok remaja. Jangan sampai mereka lebih kenal artis luar negeri daripada tokoh masyarakat Jombang asli. Ayo rek, kenali ikon Jombang tercinta!
Besutan adalah kesenian tradisional asli Kabupaten Jombang yang merupakan pengembangan dari Kesenian Lerok dan merupakan cikal bakal Kesenian Ludruk. Kesenian Lerok merupakan kesenian yang bersifat amen. Pelakunya berpindah dari satu keramaian ke keramaian lain untuk menyuguhkan pertunjukan teater sederhana. Pelakunya semula tunggal yang melakukan monolog dan dalam perkembangannya pelakunya lebih dari satu orang. Lakon yang dibawakan merupakan cerminan dari kehidupan sehari-hari. Dari bermacam-macam lakon yang disuguhkan, ternyata yang menggunakan tokoh Besut paling digemari penonton. Lama kelamaan, karena lebih sering melakonkan Besut, maka keseniannya kemudian disebut Besutan.
Kata besutan berasal dari kata besut. Besut itu sendiri merupakan akronim dari kata beto maksud (membawa pesan). Ada juga yang mengatakan besut berasal dari katabesot (menari). Besut merupakan nama tokoh utama dalam teater Besutan. Tokoh Besut merupakan sosok laki-laki yang cerdas, terbuka, perhatian, kritis, transformatif, dan nyeni.
http://agussiswoyo.net/wp-content/uploads/2015/03/Cak-Besut-Ikon-Kota-Jombang-sedang-bermain-dengan-anak-anak.jpgDalam lakon Besutan, tokoh yang selalu hadir antara lain: Besut, Rusmini, Man Gondo, Sumo Gambar, dan Pembawa Obor. Tokoh lain bisa dimunculkan sesuai kebutuhan cerita. Besut yang gagah dan Rusmini yang cantik selalu menjadi sepasang kekasih atau sepasang suami istri. Sumo Gambar selalu berperan antagonis, sebenarnya sangat mencintai Rusmini, namun selalu bertepuk sebelah tangan. Man Gondo yang merupakan paman Rusmini, selalu berpihak pada Sumo Gambar, karena kekayaannya. Dengan tema apa pun lakon atau ceritanya, bumbu cinta segitiga antara Rusmini, Besut, dan Sumo Gambar selalu menjadi penyedapnya.
Busana Besut sangat sederhana. Tubuhnya dibalut kain putih yang melambangkan bersih jiwa dan raganya. Tali lawe melilit di perutnya melambangkan kesatuan yang kuat. Tutup kepalanya merah melambangkan keberanian yang tinggi. Busana Rusmini merupakan busana tradisional Jombang, menggunakan kain jarik, kebaya, dan kerudung lepas. Man Gondo berbusana Jawa Timuran, sedang Sumo Gambar berbusana ala pria Madura.
Ritual Besutan
Dalam pertunjukan Teater Rakyat Besutan, selalu diawali dengan semacam ritual yang berfungsi sebagai intro. Ritual ini menggambarkan bahwa Besut melambangkan masyarakat yang hidupnya terbelenggu, terjajah, terkebiri, dibutakan, dan hanya boleh berjalan menurut apa kata penguasa (baca: penjajah).
Dalam ritual, selalu dimulai dengan Pembawa Obor yang berjalan dengan penuh waspada, hati-hati, dan terus mengendalikan Besut yang selalu di belakangnya. Besut yang matanya terpejam (dilarang banyak tahu), mulutnya tersumbat susur (dilarang berpendapat), berjalan ngesot (merayap) mengikuti ke mana obor bergerak. Besut selalu sigap menanti setiap peluang. Pada satu kesempatan, Besut meloncat berdiri, tangannya merebut pegangan obor, dan dengan sekuat tenaga, susur yang ngendon di mulutnya disemprotkan ke nyala obor hingga padam. Mendadak matanya terbuka, mulutnya bebas, langsung menari dengan heroik.
Demikianlah, secara sederhana, gambaran teater rakyat yang bersama Besutan. Terus melestarikannya dan mengeksplorasinya merupakan tugas kaum seniman Jombang dan masyarakat Jombang secara keseluruhan.

No comments:
Post a Comment